EXTRAORDINARY FOR MOLUCCAS

Blog "EXTRAORDINARY FOR MOLUCCAS" adalah sebuah blog yang di buat oleh siswa-siswi SMA Negeri 1 Ambon yang duduk di kelas XI IPA 3 (EXTRAORDINARY). tujuan dari pembuatan Blog ini adalah untuk menampilkan Provinsi Maluku dari berbagai sisi dan pandangan.

Dalam soal diversifikasi dan ketahanan pangan, Kepulauan Maluku merupakan contoh terbaik di Nusantara. Di warung-warung makan khas Maluku, selalu tersedia kasbi (singkong) rebus, ubi jalar rebus, keladi (talas) rebus, dan pisang rebus. Semuanya ini bukanlah kudapan atau jajanan, melainkan makanan pokok sebagai layaknya orang Jawa atau Sumatra makan nasi.





Salah satu rumah makan yang masih menyajikan makanan Maluku secara tradisional adalah RM Paradise di Jalan Paradise Tengah, Ambon. Di rumah makan ini, jarang sekali orang memesan nasi sebagai karbohidrat. Lauk yang cocok untuk karbohidrat ini adalah kohu-kohu (semacam urap di Jawa, tetapi dicampur dengan ikan puri atau semacam teri mentah), tumis jantung pisang, tumis pare, tumis bunga pepaya, dan colo-colo. Tentu saja, ikan bakar menjadi protein yang cocok untuk sajian tradisional ini. Di RM Paradise, ikan bakar yang populer adalah ikan lema – semacam ikan kembung, tetapi lebih besar. Dagingnya lebih lembut dan manis dibanding ikan kembung. Bila saya tidak salah identifikasi, ikan jenis ini disebut sebagai ikan oci di Sulawesi Utara.



Kasbi juga biasanya disajikan dengan kelapa sisik (kelapa setengah tua yang diiris tipis panjang). Kelapa yang gurih ini menambah kenikmatan makan kasbi. Diperlukan acquired taste untuk dapat makan singkong rebus, keladi rebus, ubi rebus, dan pisang rebus sebagai pengganti nasi. Namun, percayalah, begitu Anda menemukan kenikmatannya, pengalaman makan ini sungguh tak akan terlupakan.




Selain umbi-umbian, bahan makanan pokok di Kepulauan Maluku adalah sagu. Di pasar, kita selalu melihat sagu manta (sagu mentah) yang dijual dalam keranjang daun dalam ukuran sekitar sepuluh kilogram. Ada juga yang sudah dipotong-potong menjadi ukuran setengah-kiloan untuk memudahkan pembelian.



Sagu manta biasanya dipakai untuk membuat papeda. Bagi yang belum mengenalnya, papeda atau bubur sagu ini benar-benar mirip sepiring lem untuk menempelkan wallpaper ke dinding. Buburnya tawar – tidak ada rasanya. Karena itu, papeda harus dimakan dengan kuah yang sangat kaya citarasanya, misalnya: ikan kuah asam – yaitu semacam sup ikan dengan citarasa asam.



Ada dua macam ikan kuah asam: bening dan kuning. Yang kuning tentu saja memakai kunyit, ditambah kemiri. Untuk menciptakan rasa asam, biasanya dipakai blimbing sayur atau blimbing wuluh, dan lemon cina (lemon cui dalam bahasa Manado, semacam jeruk nipis yang isinya kuning-jingga dan beraroma harum).



Tetapi, di Tulehu, sekitar satu jam di Utara Ambon, saya temukan sebuah warung sederhana dengan kuah asam kuning agak kental yang sangat lezat. Ternyata, di warung ini dipakai asam mawe – yaitu buah yang dikeringkan dan menciptakan rasa asam yang cantik. Bagi saya, ikan kuah asam kuning yang dimasak dengan asam mawe adalah yang paling mak nyuss. Ternyata, menurut keterangan yang saya peroleh, asam mawe kebanyakan digunakan sebagai bumbu oleh kaum Muslim di Maluku.



Sagu juga menjadi bahan pangan pokok di Maluku dalam bentuk lain. Tepung sagu kering dilembabkan dengan sedikit arang, lalu dibakar dalam cetakan dari tanah liat, sehingga membentuk balok-balok kecil. Setelah dimasak, sagu kering ini dapat tahan berbulan-bulan. Teksturnya sangat keras, dan bila dimakan begitu saja dapat mengakibatkan gigi rontok.
Sagu dimakan dengan cara melembabkannya terlebih dulu. Bisa dimakan sebagai cemilan, dicocolkan ke dalam kopi panas atau teh panas, lalu dimakan. Dengan cara yang sama, sagu kering dicocolkan ke dalam masakan berkuah – misalnya: ikan kuah asam – agar lunak, dan kemudian dimakan.
Sagu juga dipakai sebagai bahan untuk membuat berbagai macam kudapan atau jajanan. Beberapa jajanan sagu yang mulai langka di Maluku adalah bubur ne dan sagu gula.



Bubur ne dibuat dari sagu yang berbentuk bulatan kecil-kecil berwarna putih, merah muda, atau merah. Bulatan sagu ini dimasak dalam santan sampai empuk, kemudian dicampur dengan gula merah, daun pandan, dan kayu manis. Di Maluku, jangan pernah menyebut gula merah sebagai gula jawa. Gula merah dari kelapa banyak diproduksi di Saparua, karenanya dikenal dengan sebutan gula saparua.
Bubur ne adalah pencuci mulut (dessert) populer bila disajikan dengan es. Bila disajikan panas, biasanya dihidangkan bersama sagu. Lagi-lagi, sagu dicelup ke dalam bubur ne panas supaya lunak, dan menjadi snack yang mengenyangkan.




Ada lagi jajanan yang kian langka, yaitu kue sagu gula. Cara membuatnya mirip dengan membuat sagu kering dalam cetakan tanah liat yang dibakar di atas bara. Bedanya, sagu dicampur parutan kelapa, lalu di tengahnya diisi gula saparua. Karena dicampur parutan kelapa, hasilnya adalah kue yang setengah kering – tidak keras seperti sagu. Saya suka sekali kue sagu gula ini. Top markotop!



Kue dari sagu yang lain adalah bagea kenari. Teksturnya keras seperti sagu, sehingga harus dilembabkan dulu dengan mencelupkannya ke dalam teh panas atau kopi panas. Tetapi, sekarang sudah banyak penjual kue yang membuat bagea kenari renyah, sehingga dapat langsung dimakan tanpa harus dilembabkan di dalam minuman panas.



Di Ambon juga banyak perantau dari Pulau Buton, Sulawesi Tenggara, yang memopulerkan jenis karbohidrat yang lain, yaitu suami. Entah kenapa makanan yang satu ini disebut suami. Tidak seorang pun dapat menjelaskannnya kepada saya.
Suami adalah karbohidrat substitusi nasi yang dibuat dari singkong parut kemudian dikukus dalam bentuk kerucut, dibungkus dalam daun pisang. Karena kandungan pati yang tinggi, setelah dikukus, parutan singkong ini bertekstur padat, pulen, dan liat. Harus dicubit sedikit demi sedikit agar dapat disuap bersama lauk-pauk pendamping.



Snack populer di Maluku adalah sukun goreng. Ketika kami berkunjung ke Ambon belum lama ini, kami sampai berkali-kali singgah ke Rumah Kopi Joas karena kami semua “kecantol” sukun gorengnya yang istimewa. Lagi-lagi, snack non-beras yang lezat.










Sejarah yang sebagian besar orang Maluku tidak ketahui.


Paruh awal abad ke-17 M, Belanda nyaris menaklukan Inggris di hampir seluruh kepulauan Banda. Kecuali pulau Run, dimana cengkeh dan biji pala tumbuh subur di sana, sedangkan kedua komoditas utama pulau Run ini sangat mahal harganya di Eropa.
Belanda sendiri dikala itu merupakan kekuatan kolonis dunia yang menguasai sebagian besar daratan Amerika, termasuk sebuah wilayah bernama Niew Amsterdam. Karena nilai pulau Run lebih tinggi ketimbang Niew Amsterdam, Belanda membujuk Inggris untuk melakukan pertukaran dan Inggris pun menyetujuinya. Belanda pun melepas Niew Amsterdam(bahasa Indian: Manhattan) dan mendapatkan pulau Run.
Niew Amsterdam merupakan kota terbanyak yang menampung imigran Yahudi dari Eropa. Oleh orang Yahudi, Niew Amsterdam diganti namanya menjadi Mew Jerussalem yang akhirnya berganti nama menjadi kota New York. Sampai saat ini, New York merupakan simbol kedigdayaan perekonomian Yahudi di dunia. Dimana lebih dari setengah perputaran uang dan kebijakan ekonomi dunia bersumber dari kota ini.

Berarti pada saat itu, Pulau Run yang ada di Maluku ini ditukar dengan New York.




Salah satu persepsi yang salah tentang sejarah kita adalah mengenai Maluku. Selama ini kita menganggap bahwa wilayah di bagian timur nusantara ini sebagai wilayah salib, namun justru sebaliknya. Nama 'Maluku' sendiri berasal dari kosakata Arab "Al-Mulk"yang berarti "Tanah Para Raja". Berbagai literatur menyebutkan bahwa orang-orang Arab telah berdagang di Maluku sejak abad ke-9 M. Thomas Arnold dalam Preaching of Islam juga menyatakan jika bangsa Arab telah masuk terlebih dahulu ketimbang bangsa-bangsa non muslim.
Orang-orang 'Al-Mulk' dulunya disebut "Alifuru", sebutan untuk sub-ras Melanesia yang pertama mendiami pulau Seram dan pulau-pulau lainnya di Maluku. Istilah 'Alifuru' berasal dari kata "Alif" dan "Uru". Alif adalah abjad Arab yang pertama, sedangkan Uru berasal dari bahasa Hitu Kuno yang artinya 'datang secara perlahan', jadi Alifuru artinya orang yang pertama datang. Selain itu banyaknya penggunaan kosakata Arab dalam penamaan benda, tempat, peristiwa yang bersifat lokal di Maluku juga mengindikasikan jika sejak dahulu kala orang-orang Arab telah berpengaruh di sana.


KEBENARAN SEJARAH " NUNUSAKU "

Dengan Nunu Saku di maksudkan Pohon Beringin ( Buyan Tres ) . Tetapi Nunu Saku sesuai penjelasan tradisionil lebih menyerupai pohon popythea seperti jenis yang di gambarkan oleh A.R Wallace ( Malay Archipelago 1869.p.64).

" Nunu Saku " terbentuk dari tiga kumpulan akar yang berpijak pada tepi sebuah danau; pohon bertumbuh menutupi danau.

Dari tempat dimana akar akar-akar memusat menjadi satu, keluarlah air yang mengisi danau ( Waele Butui - Air dari alat kelamin laki-laki). Air dalam danau disebut : Nunu Wae Sane = satu satu air suci yang kudus yang hidup dan yang abadi. Dari danai ini air menghilang kedalam bumi dan melalui terowong didalam tanah muncul kembali sebagai mata air pada bagian hulu ketiga batang air, dan melalui ketiga batang air Eti - Tala - Sopalewa di antarnya air turun kemuara.

Pada awalya Kapua Upu ila Kahuresi menciptakan alam semesta ( ASA ) menampilkan Bapak Matahari = Upu Tahola; ibu Bumi : Upu yama ese dan pengawalnya bumi : upu ila kae = Bulan.

Selama pertumbuhan mereka dari masa kanak-kanak hingga dewasa, terjadilah bahwa sang bapa matahari menaruh hati pada ibu bumi dan sebaliknya; maka ketika sinar pertama dari bapa matahari menyentuh ibu bumi, Hamilah ibu bumi sembilan zaman lamanya sesudah genap waktunya lahirlah : " Alif Uru " = Manusia Awal.!

" TEMPAT KELAHIRAN TERSEBUT ADALAH NUNU SAKU " Alif Uru minum dari air dan makan dari daun dan buah yang bertumbuh pada pohon yang suci kudus itu. Berikutnya bertambah banyaklah manusia awal ( wanita pertama keluar dari pohon pisang dan bambu). kemudian mereka diawali oleh empat kepala; tiga diantaranya melambangkan masing-masing : Nafsu, Jiwa, rasa dan ratio di dalam manusia yang saling bertentangan yang satu terhadap yang lain dan sebaliknya.

Ai Ukene (Lisabata)

1. Latu teru ijele hena ponie = Betul di negeri dulu ada tiga raja
2. Si Ambamuwe nunu jela lehui = Semua keluar di baringin besar
3. Ni sama ini waele senu waele = ini air besar semua sama saja
4. Si amanu pakea ni pakeana = Kasih hanyut ini pakaian- pakaian
5. Ama kai latu uhu inai = Nanti saja harus naik jadi raja
6. Sine Nua latu nuhu selane = Dua raja ini punya kuasa sama
7. Nuhu selane nete naru penusi = Kuasanya sama tetapi hatinya tidak betul
8. Si manahu mambuasa = Lain kasih jatuh lain
9 Lembea one Welea = Adu kekuatan di dalam air

Karena faktanya ketiga latu tidak mampu hidup bersama secararukun dan harmonis, maka dengan demikian mereka telah melanggar hukum : " Persekutuan Awal " yang telah ditegakkan oleh moyang moyang mereka sebagai : hukum " Sirih Pinang " ( Sirih, kapur, pinang, tembakau, dan cengkeh ).

Hukum yang telah diatur dalam persekutuan ini ialah : " Kita semua satu dari satu tubuh dengan " Kapua Upu Ila Kahuressi " sebagai kepala dan " totalitas" Maka kepala yang keempat yang melambangkan " Kuasa Roh " dalam manusia memerintahkan ketiga kepala untuk pergi dari lokasi Nunu Saku dan menjelajah bumi, Masing-masing mereka dengan kelompok yang berada di bawah pimpinan mereka. Dijanjikan kepada mereka bahwa Kapitan Besar akanmengatar mereka kembali untuk memperbaharui persekutuan awal; Menegakkan kembali hukum " Sirih Pinang " dan menyatukan mereka kembali ketiga Latu kembali ke gunung Fah ( di Ulate Inai ) untuk memperbaharui persekutuan awal karena Uru telah melupakannya, Maka sejak itu mereka di berikan nama " Hara Fah Uru " atau " Harafuru " yang arinya : URU DARI GUNUNG FAH. ( seperti zaman sekarang jelas masih dalam Peta laut harafuru atau di sebut arafuru atau laut alifuru atau Laut Arafuru ).

1. AI UKENE ( Nomali = Huelehu) = (Pesan) Ama - Ina untuk uru didalam ini ( Bomali- Nuwelehu)
2.Manu Tula potike sapalene = Roh dari langit diraih oleh upu yang datang bertemu dengan kau dialam ini
3. Rutu keku Nunusaku retui = Uru kalau dinunusaku baiknya pakai rutu-rutu
4. Kaha ketu waele teru, waele = Pergilah sampai keatas sampai keair besar - Tiga air besar
5. Sapawela surikamba-lesi = Sapawela yang menyapu bersih pada pandangan pertama seperti uli mengamati dan membela
6. Waele eti moni tihu mitene = Air besar eti bagaikan imam besar yang menegakkan hukum
7.Waele tala tahi sane samane = Air besar tala yang menghasilkan satu tubuh yang kekal dan paling berharga
8. Runa essi patia teru, one walea joo! = Anak uru kuasa terbagi tiga langgar air yoo!
9. Runa essi latua teru = Anak uru kuasa dari Allah tua benar tiga.

Kemudian persekutuan ditegakkan kembali " Sesudah mana kembali mereka turun lewat batang - batang air kini sebagai manusia dari gunung Fah untuk melaksanakan Hukum : Heka - Leka sampai Kapitan Besar Riri Ama ( Bapa Hakim ) mengantar mereka kembali ke Nunu Saku untuk selama-lamanya.

1. Turu lau haha ika kau e yami = itu orang jauh didaratan tinggi seperti kita juga
2. Hale nusa opono lease e yami = kita semua disebelahnya pulau ambon dan lease
3. Uling enye liasa manima = Satu kali potong tali putus ( dan ) gasepa terguling lepas
4. Nasi totol lema urie = Bermain hanyut menyesakkan nafas
5. Biang huta kamu kamu mouputi = Biang kamu kamu (menutup) permukaan dan tubuh. Menjadikan kita putih( agar tidak terlihat oleh orang lain)
6. Riri ama tutu hena sepa o = riri ama tegakan negeri asli o!
7. Riri ama kwae hena sepa o = riri ama cari negeri asli o

Demikian Nunu Saku adalah tempat dari pada awal kemana URU di dalam alam semesta akan di hentar kembali setelah dia memenuhi hukum " Leka " dan dipesankan bahwa hanya URU yang telah dilahirkan Baru " LEKA " - URU yang telah menyatu dengan alam semesta dapat menemui dan melihat NUNUSAKU

Nunu Saku = Unu Nusa Asa Ku = Bagian pulau dimana ku menjadi satu dengan Asa yang tunggal.

" KERANGKA DASAR SIWA-LIMA "

URU LELAKI DAN MATAHARI TERBIT

Supaya lebih dekat pada POLA PEMIKIRAN SIWA LIMA pendekatan ini mengusahaakan mengikuti jejak-jejak para pemburu Pola Dasar Siwa Lima milik mereka sendiri, ditegaskan demikian oleh salah satu dari pada yang memangkunya. Totalitas berasal dan menyeluruh ASA secara fungsionil di divensiasikan serta bertumbuh di dalam diversifikasi menuju sublemasi kembali ke asal, dengan integrasi sebagai suatu konstant.

Kerangka dasar SIWA LIMA sebagaimana dikatakan sebagai Multi Dimensional Spiritual, Mental maupun Pisikal. Pengertian dari pada totalitas Sangatlah berharga sebagai suatu konsep fundamental. Manusia ( Tubuh ) adalah model ( Kerangka Dasar ) untuk totalitas, akana tetapi juga untuk pembidangan diferensiasi dan difersifikasi fungsional yang mengikuti suatu peraturan khusus. Urutan ini tidak hirarki tetapi terikat pada senioritas ( Ketuaan ) dari pada lambag yang diwakili setiap pembidanan/diferensiasi.
Keempat dasar fungsi utama adalah symetrical serta menyatu kembali bersama kedalam totalitas.

Andaikata di bandingkan pendekatan ini di dalam bahasa cinematografi, maka subjek tersebut dipandang terlebih dahulu dari pada sudut lebar. Berikut dari urutan peneropongan “ Close “. Close up ini mengikuti urutan simbolik dari pada senioritas setiap masalah bersangkutan ( seperti akan di ekspose : urutan senioritas ini adalah variabel).

Mitos menempatkan asal dari pada manusia sebagai pola pemikiran di pusat pegunungan di tengah dan bagian barat dari pulau Seram di Maluku Tengah.
Selama berabad abad mereka meluas dan menempatkan dirinya di pulau pulau sekitar : Buano, Kelang, Manipa, Buru, Ambon dan Uliase ( Haruku, Saparua, Nusalaut )dimana mereka masih menetap sampai dengan sekarang ini.

Sesuai sejarah setempat, generasi-generasi yang mengatur migrasi tersebut telah berlangsung sejak 3000 tahun sebelum masehi. Penelitian ini dilaksanakan di lapangan Seram, Ambon, Manipa dan sebagian besar di bawah bimbingan dari Bapak Ir. S.J.M Sijauta yang memperkenalkan peneliti pada tradisi SIWA LIMA dan seluk beluknya. Terima kasih tak terhingga dari saya katanya dan pada penduduk Seram, Ambon, Leitimor, Hitu dan Manipa.

Penelitihan dilangsungkan di bawah asuhan dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia dan Sponsor oleh Universitas Pattimura Ambon dan di dukung leh Leopold III Foundation Oleh Belgian Foundation untuk peneliti antropologi oleh kementrian Belga untuk French Community dan oleh Fric University of Brussels dan bukunya “ URU SON OF THE SUNRISE “ tahun 1983-1984.

Dan sebagai tambahan informasi, sebuar developer pengembangan game Ubisoft merilis sebuah game dengan dasar cerita diambil dari sejarah Nunusaku ini dengan nama Myst - Uru Ages beyond mist.


Dominggus Julius R. Sijaranamual dikenal sebagai seorang pengarang cerita pendek, pengarang novel dan juga sekaligus penulis sajak. Selain itu ia juga banyak memberikan sumbangan pemikiran atau ide-ide tentang materi bacaan anak-anak. Pengarang muda ini lahir di Pulau Sumba, Nusa Tenggara Timur pada tanggal 21April 1944.Ia keturunan dari keluarga besar Syaranamual dari desa Itawaka di Pulau Saparua. Pendidikan yang pernah dilalui Julius adalah sekolah rakyat (SR), SMP bagian A, SMA bagian C dan melanjutkan pada sekolah tinggi Theologia jurusan Christian Education di Jakarta namun tidak selesai.

Pada tahun 1950 pulang ke Ambon dan bekerja pada kantor cabang Kenpen Negara Indonesia Timur sebagai juru warta. Selain kegiatan kantor waktunya juga diupakai juga untuk menulis cerpen atau yang lainnya. Ia terus memupuk bakatnya dengan tiada jenuh menulis. Sajak- sajaknya mulai dimuat di surat kabar dan majalah.Dari Ambon Julius mangawali kariernya sebagai seorang satrawan daerah. Waktu hijrah ke Jakarta ia berkeinginan melanjutukan sekolahnya pada jurusan Christian Education. Kemudian menikah dengan seorang pengarang wanita yaitu nona Theresia S. Jansen.

Dari spesialisasi yang dimiliki Julius sebagai penulis cerita pendek dapat dilihat bahwa ada cirri khasnya yaitu ia memiiki bentuk tersendiri dalam acara penulisannya.Keunikan Julius adalah baqhwa ia selalu sportif dalam menggarap tulisannya. Dalam hal mengungkapkan isi cerita, Julius lebih menekankan akan pesona yang beku dalam suatu pertalian jiwa yang kadang –kadang seru dan samara. Hal inilah yang mampu memukau pembacanya.

Salah satu ciri khasnya lagi ialah bahwa dalam proses penulisan ia tidak pernah menentukan tema, namun tema itu datang dengan sendirinya bersama certa yang didukungnya . Dari cerpen-cerpen yang ditulisnya, Julius dapat dikategorikan sebagai penulis yang menggunakan gaya bahasa sinisme. Julius termasuk seorang seniman yang eksentrik dan selalu gujoro.Sebagai pengasuh majalah anak –anak “Kawanku”, Julius mempunyai ide-ide yang cukup terpuji dan patut dicontoh. Seluruh karya Julius terbit di berbagai organisasi kebudayaan, karena itu ia tercatat sebagai seorang tokoh budaya dan sastrawan yang terkenal.

Thomas Matulessy alias Kapitan Pattimura lahir di Desa Haria, Pulau Saparua pada tanggal 8 Juni 1783. Thomas Matulessy adalah seorang borgor (burger) berketurunan dari keluarga besar Matulessia (Matulessy) di Desa Haria Pulau Saparua. Pemuda Thomas Matulessy mantan Sersan Mayor dalam ketentaraan Inggris mempunyai pengalaman memimpin pasukan. Ia adalah seorang komandan dengan sifat-sifat kesatria yaitu gagah perkasa dan pemberani, postur tubuh yang tinggi, kekar dan kuat, berwatak keras namun jujur dan disiplin. Seorang Kristen Protestan yang saleh dan berperikemanusiaan.

Pada waktu pecah perang melawan penjajah Belanda tahun 1817, Raja-raja Patih, Para Kapitan, Tua-tua Adat dan rakyat mengangkatnya sebagai pemimpin dan panglima perang karena berpengalaman dan memiliki sifat-sfat kesatria (kabaressi). Sebagai panglima perang, Thomas Matulessy mengatur strategi perang bersama pembantunya. Sebagai pemimpin dia berhasil mengkoordinir Raja-raja Patih dalam melaksanakan kegiatan pemerintahan, memimpin rakyat, mengatur pendidikan, menyediakan pangan dan membangun benteng-benteng pertahanan. Kewibawaannya dalam kepemimpinan diakui luas oleh para Raja Patih maupun rakyat biasa. Dalam perjuangan menentang Belanda ia juga menggalang persatuan dengan kerajaan Ternate dan Tidore, raja-raja di Bali, Sulawesi dan Jawa. Perang Pattimura yang berskala nasional itu dihadapi Belanda dengan kekuatan militer yang besar dan kuat dengan mengirimkan sendiri Laksamana Buykes, salah seorang Komisaris Jenderal untuk menghadapi Patimura.

Pertempuran-pertempuran yang hebat melawan angkatan perang Belanda di darat dan di laut dikoordinir Thomas Matulessy Kapitan Pattimura yang dibantu oleh para penglimanya antara lain Melchior Kesaulya, Anthoni Rebhok, Philip Latumahina dan Ulupaha. Pertempuran yang menghancurkan pasukan Belanda tercatat seperti perebutan benteng Belanda Duurstede, pertempuran di pantai Waisisil dan jasirah Hatawano, Ouw- Ullath, Jasirah Hitu di Pulau Ambon dan Seram Selatan. Perang Pattimura hanya dapat dihentikan dengan politik adu domba, tipu muslihat dan bumi hangus oleh Belanda. Para tokoh pejuang akhirnya dapat ditangkap dan mengakhiri pengabdiannya di tiang gantungan pada tanggal 16 Desember 1817 di kota Ambon. Untuk jasa dan pengorbanannya itu, Thomas Matulessy dikukuhkan sebagai “PAHLAWAN PERJUANGAN KEMERDEKAAN” oleh pemerintah Republik Indonesia

.


Martha Christina Tiahahu adalah seorang gadis dari Desa Abubu di Pulau Nusalaut. Lahir sekitar tahun 1800 dan pada waktu mengangkat senjata melawan penjajah Belanda berumur 17 tahun. Ayahnya adalah Paulus Tiahahu, seorang kapitan dari negeri Abubu yang juga pembantu Thomas Matulessy Kapitan Pattimura dalam perang Pattimura tahun 1817 melawan Belanda.

Martha Christina tercatat sebagai seorang pejuang kemerdekaan yang unik yaitu seorang puteri remaja yang langsung terjun dalam medan pertempuran melawan tentara kolonial Belanda dalam perang Pattimura tahun 1817. Di kalangan para pejuang dan masyarakat sampai di kalangan musuh, gadis molek ini terkenal sebagai gadis pemberani dan konsekwen terhadap cita-cita perjuangannya.

Sejak awal perjuangan, ia selalu ikut mengambil bahagian dan pantang mundur. Dengan rambutnya yang panjang terurai ke belakang serta berikat kepala sehelai kain berang (merah) ia tetap mendampingi ayahnya dalam setiap pertempuran baik di Pulau Nusalaut maupun di Pulau Saparua. Siang dan malam ia selalu hadir dan ikut dalam pembuatan kubu-kubu pertahanan. Ia bukan saja mengangkat senjata, tetapi juga memberi semangat kepada kaum wanita di negeri-negeri agar ikut membantu kaum pria disetiap medan pertempuran sehingga Belanda kewalahan menghadapi kaum wanita yang ikut berjuang.

Di dalam pertempuran yang sengit di Desa Ouw – Ullath jasirah Tenggara Pulau Saparua yang nampak betapa hebat srikandi ini menggempur musuh bersama para pejuang rakyat. Namun akhirnya karena tidak seimbang dalam persenjataan, tipu daya musuh dan penghianatan, para tokoh pejuang dapat ditangkap dan menjalani hukuman. Ada yang harus mati digantung dan ada yang dibuang ke Pulau Jawa. Kapitan Paulus Tiahahu divonis hukum mati tembak. Martha Christina berjuang untuk melepaskan ayahnya dari hukuman mati, namun ia tidak berdaya dan meneruskan bergerilyanya di hutan, tetapi akhirnya tertangkap dan diasingkan ke Pulau Jawa.

Di Kapal Perang Eversten, srikandi yang berjiwa kesatria ini menemui ajalnya dan dengan penghormatan militer jasadnya diluncurkan di Laut Banda menjelang tanggal 2 Januari 1818. Menghargai jasa dan pengorbanan, Martha Christina dikukuhkan sebagai “PAHLAWAN KEMERDEKAAN NASIONAL” oleh Pemerintah Republik Indonesia.

.

Provinsi Maluku merupakan daerah kepulauan yang terdiri dari 632 pulau besar dan kecil. Pulau terbesar adalah Pulau Seram (18.625 Km2) disusul Pulau Buru (9.000 Km2), pulau Yamdena (5.085 Km2) dan Pulau Wetar (3.624 Km2).

Pulau-pulau di daerah ini dapat digolongkan atas dua bagian utama yaitu pulau vulkanis dan pulau karang yang terjadi dari pertemuan anatara system orogenetik dan lingkar pasifik dengan system orogenetik sunda. Di pulau-pulau ini terdapat empat gunung , 11 danau dan 113 sungai besar dan kecil, sekitar 83% desa di provinsi ini berada pada ketinggian 0-100m dari permukaan laut.

Iklim yang terdapat di kepulauan maluku adalah iklim Tropis dan iklim Muzon, karena Daerah maluku merupakan daerah kepulauan dan dikelilingi oleh lautan yang luas. Dengan demikian iklim di daerah ini sangat dipengaruhi oleh lautan yang luas dan berlangsung seirama dengan iklim musim yang terdapat di sini.

Batas Wilayah

Propinsi Maluku dengan Ibukota Ambon, terletak diantara 3? Lintang Utara 8.30? Lintang Selatan dan 125? - 135? Bujur Timur dengan batasan sebagai berikut :

 di sebelah utara berbatasan dengan Provinsi Maluku Utara

 di sebelah selatan berbatasan dengan Negara Tilor Leste dan Australia

 di sebelah barat berbatasan dengan Prpvinsi Sulawesi Tenggara dan Sulawesi Tengah

 di sebelah timur berbatasan dengan Propinsi Irian Jaya

Luas Wilayah

1. Luas Wilayah : 712.479,69 km?.

2. Luas daratan : 54.185km?.

3. Luas lautan : 658.294,69km?.

4. Perbandingan: 1 : 9

Daratan propinsi Maluku seluas 85.728 km2 atau 8.572.800 Ha terdiri dari 3 bagian yakni :

Tanah datar seluas : 1.251.630 Ha (14,6%)

Tanah berombak seluas : 2.417.530 Ha (28,2%)

Tanah bukit dan pegunungan : 4.903.640 Ha (57,2%)

Tanah dataran tinggi hampir tidak ada. Pegunungan merupakan sebuah punggung yang membentang ditengah-tengah pulau membentuk deretan gunung dengan ketinggian tertinggi 3.055 m.


Penyanyi Belanda berdarah Maluku Ambonwhena Aratuaman (tengah) bersama beberapa personil Molukka Hip-Hop Community (MHC) yakni Iki, Althien, Iqbal Sangadji, Idrus Salampessy dan Morika Tetelepta di Ambon. Mereka berkolaborasi dalam album hip- hop "Maluku Panggil Pulang' yang ternyata mendapat sambutan positif dari berbagai kalangan (foto : echek)

Satu siang di teras rumah keluarga Tetelepta, di Rumahtiga Ambon. Cuaca cerah bulan Juli 2008 di Kota Manise ini, seperti menyambut Althien Pesurnay dan Frans Nendissa, yang baru datang dari Tanah Jawa. Berry Revelino sudah ada di situ. Morika Tetelepta, si tuan rumah memetik gitar.

Empat orang muda ini sekedar melepas kangen. Maklum, mereka bersahabat tapi terpisah karena kepentingan studi. Jadi musim liburan benar-benar dimanfaatkan untuk bertemu. Tapi perjumpaan itu ternyata melahirkan diskusi serius. Musik !

Frans membawa cerita tentang perkembangan trend musik di Kota Kembang, Bandung. Ia bercerita tentang selera orang muda di sana. Althien, membawa cerita dari Jakarta. Tapi Morika mengingatkan gagasan yang pernah mereka bahas secara sepotong-sepotong di email, sms dan chating.

Usia yang relatif sama dengan minat yang juga sama pada jenis musik hip-hop, membuat Morika dkk sepakat berbuat sesuatu untuk musik Maluku. Pilihannya adalah membangun komunitas hip-hop dengan basis Ambon.

“Pokoknya kita ingin berbuat sesuatu untuk Maluku, melalui musik,” ungkap Morika kepada Balagu di Ambon, Sabtu (13/3).

Siang itu juga, konsep Molukka Hip-Hop Community (MHC) dimatangkan dan disepakati. Saking semangat, mereka mengabadikan peristiwa itu dengan menggarap sebuah lagu. Liriknya ditulis dan diperbaiki secara rame-rame. Jadilah lagu MHC Anthem. Sepenggal liriknya menggambarkan situasi musik sekaligus ajakan untuk mengembangkannya.

“Kapan tempo dengar tahuri babunyi
Dalam kampong sunyi
Tagal samua MC lari basambunyi”

Hari itu juga, lagu MHC Anthem langsung masuk proses recording di home studio milik Morika. Dari sana, setelah proses mixing yang memakan waktu dua pekan, lagu tersebut diluncurkan ke publik. Para muda ini memilih internet sebagai media publikasi dan sosialisasi keberadaan mereka. Situs yang dipilih waktu itu adalah www.my.space.com, www.nsnips.com, www.hiphopindo.net

Langkah kecil Morika dkk ini ternyata mendapat respon dari berbagai kalangan. Para netters di berbagai kota menyambut kehadiran MHC. Mereka memberi dukungan supaya hip hop bisa terus hidup di Maluku.

Morika dkk juga mendapat dukungan motivasi penyanyi hip hop senior di Ambon seperti Hanny Wattimena. Dalam suatu kesempatan, Hanny mengaku bangga ada anak-anak muda di kota ini tertarik hip-hip. Dia bahkan bersedia membantu jika diperlukan.

MHC kemudian melebarkan sayap. Para anggotanya membangun jaringan di Jakarta, Yogyakarta dan Salatiga. Saat ini, MHC sudah menyebar sampai ke Jawa. Di Jakarta ada Althien Pesurnay. Ia menggandeng kawan-kawan dari Ambon seperti Iki, Idrus Salampessy dan Ecek Sialana.
Di Yogyakarta, MHC dihidupkan oleh The Baku Tumbu dengan personil Dharma dan Adith Angwarmase, Edek Yanyaan, Iqbal Sangadji, Gilang Ayuba. Sedangkan di MHC Salatiga, ada Kelompok Bounty (Kiong Hehanusa dkk).

Dalam dua tahun belakangan ini, ternyata MHC di Ambon makin mendapat dukungan. Beberapa kelompok datang bergabung. Mereka antara lain The New Saaru (Felix Sopamena, Aries de Lima dan Cyntia Tengens), Nunusaku Tribe (Nixon Pormes dan Hendry Tetelepta), Rap 57 (Eyang Malawat dan Yudhis), Rap Till Die (RTD) yang digagas Revelino Berry. Ada Brown Familly yang terdiri dari sekitar 10 orang muda. Beberapa lainnya bersolo karier seperti Mark Ufie, Kiki Latupapua dan lainnya.
Morika bangga sebab selain MHC, di Ambon saat ini ada pula komunitas lainnya seperti White Hip Hop Community (anak-anak muda Waihaong), Akom BTN Kebun Cengkeh – Batumerah, Boven Alles (Jalan Permi Waihaong) dan Triple House Generation (Rumahtiga)

“Tahun 2007, belum nampak peminat hip-hop secara nyata seperti sekarang. Namun 2009, di mana-mana di Ambon ada kelompok hip-hop. Jadi ada pertumbuhan kuantitas, walaupun secara kualitas, masih harus terus berbenah,” papar Morika.

Dalam satu tahun belakangan ini, warga Maluku di seluruh dunia makin mengenal MHC. Pasalnya, mereka mendapat kesempatan tampil di panggung festival Ambon Jazz Plus Festival 2009. Saat itu, publik Ambon tidak saja melihat penyanyi Maluku kelas dunia, tapi juga wajah-wajah personil MHC. Para muda mulai kenal dekat dengan grup-grup MHC seperti The Baku Tumbu, Sageru dan beberapa person.

Selain penampilan di AJPF 2009, publik makin mengenal grup-grup ini, terutama karena mereka secara koloboratif bersama penyanyi Belanda yakni Ambonwhena Rafaelo Aratuaman menelurkan klip lagu Maluku Panggil Pulang. Klip ini diluncurkan di YouTube.com dan sudah diakses puluhan ribu pengunjung. Sedangkan di Belanda, klip ini beredar dalam bentuk CD.

Selain mengembangkan minat dan bakat pada dunia musik, menurut Morika, konsep MHC juga menumbuhkan rasa sayang pada Maluku. Jadi menyangkut tanah, gunung, alam, laut dan segala isinya, manusia dan kebudayaannya, pokoknya segala sesuatu tentang Maluku,” jelasnya.

Hal lain yang secara sadar dilakoni adalah para personil di MHC senantiasa membangun relasi lintas batas. Para anggotanya datang dari latar belakang etnis dan agama yang beragam. Perbedaan ini, menurut Morika, adalah kekayaan sekaligus keunggulan MHC dibanding beberapa komunitas yang sangat terbatas.

Spirit inilah yang tercermin dalam lirik Maluku Panggil Pulang.

Satu darah seng ada yang kas beda laeng Samua tabungkus dalam satu kaeng Utara, Lease sampai Tenggara Jauh Laeng sayang laeng Itu yang katong mau

(rudi fofid-balagu.com)


Maluku merupakan salah satu propinsi tertua dalam sejarah Indonesia merdeka, dikenal dengan kawasan Seribu Pulau serta memiliki keanekaragaman sosial budaya dan kekayaan alam yang berlimpah. Secara historis kepulauan Maluku terdiri dari kerajaan-kerajaan Islam yang menguasai pulau-pulau tersebut. Oleh karena itu, diberi nama Maluku yang berasal dari kata Al Mulk yang berarti Tanah Raja-Raja. Daerah ini dinyatakan sebagai propinsi bersama tujuh daerah lainnya ? Kalimantan, Sunda Kecil, Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat, dan Sumatera ? hanya dua hari setelah bangsa Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya pada tanggal 17 Agustus 1945. Namun secara resmi pembentukan Maluku sebagai propinsi daerah tingkat I RI baru terjadi 12 tahun kemudian, berdasarkan Undang Undang Darurat Nomor 22 tahun 1957 yang kemudian diganti dengan Undang-Undang Nomor 20 tahun 1958.

Lintasan Sejarah
Seperti daerah-daerah lainnya di Indonesia, Kepulauan Maluku memiliki perjalanan sejarah yang panjang dan tidak dapat dilepaskan dari sejarah Indonesia secara keseluruhan. Kawasan kepulauan yang kaya dengan rempah-rempah ini sudah dikenal di dunia internasional sejak dahulu kala. Pada awal abad ke-7 pelaut-pelaut dari daratan Cina, khususnya pada zaman Dinasti Tang, kerap mengunjungi Maluku untuk mencari rempah-rempah. Namun mereka sengaja merahasiakannya untuk mencegah datangnya bangsa-bangsa lain kedaerah ini.
Pada abad ke-9 pedagang Arab berhasil menemukan Maluku setelah mengarungi Samudra Hindia. Para pedagang ini kemudian menguasai pasar Eropa melalui kota-kota pelabuhan seperti Konstatinopel. Abad ke-14 adalah merupakan masa perdagangan rempah-rempah Timur Tengah yang membawa agama Islam masuk ke Kepulauan Maluku melalui pelabuhan-pelabuhan Aceh, Malaka, dan Gresik, antara 1300 sampai 1400.
Pada abad ke-12 wilayah kekuasaan Kerajaan Sriwijaya meliputi Kepulauan Maluku. Pada awal abad ke-14 Kerajaan Majapahit menguasai seluruh wilayah laut Asia Tenggara. Pada waktu itu para pedagang dari Jawa memonopoli perdagangan rempah-rempah di Maluku.

Dimasa Dinas Ming (1368 ? 1643) rempah-rempah dari Maluku diperkenalkan dalam berbagai karya seni dan sejarah. Dalam sebuah lukisan karya W.P. Groeneveldt yang berjudul Gunung Dupa, Maluku digambarkan sebagai wilayah bergunung-gunung yang hijau dan dipenuhi pohon cengkih ? sebuah oase ditengah laut sebelah tenggara. Marco Polo juga menggambarkan perdagangan cengkih di Maluku dalam kunjungannya di Sumatra.

Era Portugis
Bangsa Eropa pertama yang menemukan Maluku adalah Portugis, pada tahun 1512. Pada waktu itu 2 armada Portugis, masing-masing dibawah pimpinan Anthony d'Abreu dan Fransisco Serau, mendarat di Kepulauan Banda dan Kepulauan Penyu. Setelah mereka menjalin persahabatan dengan penduduk dan raja-raja setempat - seperti dengan Kerajaan Ternate di pulau Ternate, Portugis diberi izin untuk mendirikan benteng di Pikaoli, begitupula Negeri Hitu lama, dan Mamala di Pulau Ambon.Namun hubungan dagang rempah-rempah ini tidak berlangsung lama, karena Portugis menerapkan sistem monopoli sekaligus melakukan penyebaran agama Kristen.
Salah seorang misionaris terkenal adalah Francis Xavier. Tiba di Ambon 14 Pebruari 1546, kemudian melanjutkan perjalanan ke Ternate, tiba pada tahun 1547, dan tanpa kenal lelah melakukan kunjungan ke pulau-pulau di Kepulauan Maluku untuk melakukan penyebaran agama.
Persahabatan Portugis dan Ternate berakhir pada tahun 1570. Peperangan dengan Sultan Babullah selama 5 tahun (1570-1575), membuat Portugis harus angkat kaki dari Ternate dan terusir ke Tidore dan Ambon.

Era Belanda
Perlawanan rakyat Maluku terhadap Portugis, dimanfaatkan Belanda untuk menjejakkan kakinya di Maluku. Pada tahun 1605, Belanda berhasil memaksa Portugis untuk menyerahkan pertahanannya di Ambon kepada Steven van der Hagen dan di Tidore kepada Cornelisz Sebastiansz. Demikian pula benteng Inggris di Kambelo, Pulau Seram, dihancurkan oleh Belanda. Sejak saat itu Belanda berhasil menguasai sebagian besar wilayah Maluku.
Kedudukan Belanda di Maluku semakin kuat dengan berdirinya VOC pada tahun 1602, dan sejak saat itu Belanda menjadi penguasa tunggal di Maluku. Di bawah kepemimpinan Jan Pieterszoon Coen, Kepala Operasional VOC, perdagangan cengkih di Maluku sepunuh di bawah kendali VOC selama hampir 350 tahun. Untuk keperluan ini VOC tidak segan-segan mengusir pesaingnya; Portugis, Spanyol, dan Inggris. Bahkan puluhan ribu orang Maluku menjadi korban kebrutalan VOC.
Pada permulaan tahun 1800 Inggris mulai menyerang dan menguasai wilayah-wilayah kekuasaan Belanda seperti di Ternate dan Banda. Dan, pada tahun 1810 Inggris menguasai Maluku dengan menempatkan seorang resimen jendral bernama Bryant Martin. Namun sesuai konvensi London tahun 1814 yang memutuskan Inggris harus menyerahkan kembali seluruh jajahan Belanda kepada pemerintah Belanda, maka mulai tahun 1817 Belanda mengatur kembali kekuasaannya di Maluku.

Pahlawan
Kedatangan kembali kolonial Belanda pada tahun 1817 mendapat tantangan keras dari rakyat. Hal ini disebabkan karena kondisi politik, ekonomi, dan hubungan kemasyarakatan yang buruk selama dua abad. Rakyat Maluku akhirnya bangkit mengangkat senjata di bawah pimpinan Thomas Matulessy yang diberi gelar Kapitan Pattimura, seorang bekas sersan mayor tentara Inggris.
Pada tanggal 15 Mei 1817 serangan dilancarkan terhadap benteng Belanda ''Duurstede'' di pulau Saparua. Residen van den Berg terbunuh. Pattimura dalam perlawanan ini dibantu oleh teman-temannya ; Philip Latumahina, Anthony Ribok, dan Said Perintah.
Berita kemenangan pertama ini membangkitkan semangat perlawanan rakyat di seluruh Maluku. Paulus Tiahahu dan putrinya Christina Martha Tiahahu berjuang di Pulau Nusalaut, dan Kapitan Ulupaha di Ambon.
Tetapi Perlawanan rakyat ini akhirnya dengan penuh tipu muslihat dan kelicikan dapat ditumpas kekuasaan Belanda. Pattimura dan teman-temannya pada tanggal 16 Desember 1817 dijatuhi hukuman mati di tiang gantungan, di Fort Niew Victoria, Ambon. Sedangkan Christina Martha Tiahahu meninggal di atas kapal dalam pelayaran pembuangannya ke pulau Jawa dan jasadnya dilepaskan ke laut Banda.

Era Perang Dunia Ke Dua
Pecahnya Perang Pasifik tanggal 7 Desember 1941 sebagai bagian dari Perang Dunia II mencatat era baru dalam sejarah penjajahan di Indonesia. Gubernur Jendral Belanda A.W.L. Tjarda van Starkenborgh , melalui radio, menyatakan bahwa pemerintah Hindia Belanda dalam keadaan perang dengan Jepang.
Tentara Jepang tidak banyak kesulitan merebut kepulauan di Indonesia. Di Kepulauan Maluku, pasukan Jepang masuk dari utara melalui pulau Morotai dan dari timur melalui pulau Misool. Dalam waktu singkat seluruh Kepulauan Maluku dapat dikuasai Jepang. Perlu dicatat bahwa dalam Perang Dunia II, tentara Australia sempat bertempur melawan tentara Jepang di desa Tawiri. Dan, untuk memperingatinya dibangun monumen Australia di desa Tawiri (tidak jauh dari Bandara Pattimura).
Dua hari setelah Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia, Maluku dinyatakan sebagai salah satu propinsi Republik Indonesia. Namun pembentukan dan kedudukan Propinsi Maluku saat itu terpaksa dilakukan di Jakarta, sebab segera setelah Jepang menyerah, Belanda (NICA) langsung memasuki Maluku dan menghidupkan kembali sistem pemerintahan colonial di Maluku. Belanda terus berusaha menguasai daerah yang kaya dengan rempah-rempahnya ini ? bahkan hingga setelah keluarnya pengakuan kedaulatan pada tahun 1949 dengan mensponsori terbentuknya Republik Maluku Selatan? (RMS). [www.malukuprov.go.id]

Clock

ShoutMix


ShoutMix chat widget

Cluster Maps

Followers