EXTRAORDINARY FOR MOLUCCAS

Blog "EXTRAORDINARY FOR MOLUCCAS" adalah sebuah blog yang di buat oleh siswa-siswi SMA Negeri 1 Ambon yang duduk di kelas XI IPA 3 (EXTRAORDINARY). tujuan dari pembuatan Blog ini adalah untuk menampilkan Provinsi Maluku dari berbagai sisi dan pandangan.

Dalam soal diversifikasi dan ketahanan pangan, Kepulauan Maluku merupakan contoh terbaik di Nusantara. Di warung-warung makan khas Maluku, selalu tersedia kasbi (singkong) rebus, ubi jalar rebus, keladi (talas) rebus, dan pisang rebus. Semuanya ini bukanlah kudapan atau jajanan, melainkan makanan pokok sebagai layaknya orang Jawa atau Sumatra makan nasi.





Salah satu rumah makan yang masih menyajikan makanan Maluku secara tradisional adalah RM Paradise di Jalan Paradise Tengah, Ambon. Di rumah makan ini, jarang sekali orang memesan nasi sebagai karbohidrat. Lauk yang cocok untuk karbohidrat ini adalah kohu-kohu (semacam urap di Jawa, tetapi dicampur dengan ikan puri atau semacam teri mentah), tumis jantung pisang, tumis pare, tumis bunga pepaya, dan colo-colo. Tentu saja, ikan bakar menjadi protein yang cocok untuk sajian tradisional ini. Di RM Paradise, ikan bakar yang populer adalah ikan lema – semacam ikan kembung, tetapi lebih besar. Dagingnya lebih lembut dan manis dibanding ikan kembung. Bila saya tidak salah identifikasi, ikan jenis ini disebut sebagai ikan oci di Sulawesi Utara.



Kasbi juga biasanya disajikan dengan kelapa sisik (kelapa setengah tua yang diiris tipis panjang). Kelapa yang gurih ini menambah kenikmatan makan kasbi. Diperlukan acquired taste untuk dapat makan singkong rebus, keladi rebus, ubi rebus, dan pisang rebus sebagai pengganti nasi. Namun, percayalah, begitu Anda menemukan kenikmatannya, pengalaman makan ini sungguh tak akan terlupakan.




Selain umbi-umbian, bahan makanan pokok di Kepulauan Maluku adalah sagu. Di pasar, kita selalu melihat sagu manta (sagu mentah) yang dijual dalam keranjang daun dalam ukuran sekitar sepuluh kilogram. Ada juga yang sudah dipotong-potong menjadi ukuran setengah-kiloan untuk memudahkan pembelian.



Sagu manta biasanya dipakai untuk membuat papeda. Bagi yang belum mengenalnya, papeda atau bubur sagu ini benar-benar mirip sepiring lem untuk menempelkan wallpaper ke dinding. Buburnya tawar – tidak ada rasanya. Karena itu, papeda harus dimakan dengan kuah yang sangat kaya citarasanya, misalnya: ikan kuah asam – yaitu semacam sup ikan dengan citarasa asam.



Ada dua macam ikan kuah asam: bening dan kuning. Yang kuning tentu saja memakai kunyit, ditambah kemiri. Untuk menciptakan rasa asam, biasanya dipakai blimbing sayur atau blimbing wuluh, dan lemon cina (lemon cui dalam bahasa Manado, semacam jeruk nipis yang isinya kuning-jingga dan beraroma harum).



Tetapi, di Tulehu, sekitar satu jam di Utara Ambon, saya temukan sebuah warung sederhana dengan kuah asam kuning agak kental yang sangat lezat. Ternyata, di warung ini dipakai asam mawe – yaitu buah yang dikeringkan dan menciptakan rasa asam yang cantik. Bagi saya, ikan kuah asam kuning yang dimasak dengan asam mawe adalah yang paling mak nyuss. Ternyata, menurut keterangan yang saya peroleh, asam mawe kebanyakan digunakan sebagai bumbu oleh kaum Muslim di Maluku.



Sagu juga menjadi bahan pangan pokok di Maluku dalam bentuk lain. Tepung sagu kering dilembabkan dengan sedikit arang, lalu dibakar dalam cetakan dari tanah liat, sehingga membentuk balok-balok kecil. Setelah dimasak, sagu kering ini dapat tahan berbulan-bulan. Teksturnya sangat keras, dan bila dimakan begitu saja dapat mengakibatkan gigi rontok.
Sagu dimakan dengan cara melembabkannya terlebih dulu. Bisa dimakan sebagai cemilan, dicocolkan ke dalam kopi panas atau teh panas, lalu dimakan. Dengan cara yang sama, sagu kering dicocolkan ke dalam masakan berkuah – misalnya: ikan kuah asam – agar lunak, dan kemudian dimakan.
Sagu juga dipakai sebagai bahan untuk membuat berbagai macam kudapan atau jajanan. Beberapa jajanan sagu yang mulai langka di Maluku adalah bubur ne dan sagu gula.



Bubur ne dibuat dari sagu yang berbentuk bulatan kecil-kecil berwarna putih, merah muda, atau merah. Bulatan sagu ini dimasak dalam santan sampai empuk, kemudian dicampur dengan gula merah, daun pandan, dan kayu manis. Di Maluku, jangan pernah menyebut gula merah sebagai gula jawa. Gula merah dari kelapa banyak diproduksi di Saparua, karenanya dikenal dengan sebutan gula saparua.
Bubur ne adalah pencuci mulut (dessert) populer bila disajikan dengan es. Bila disajikan panas, biasanya dihidangkan bersama sagu. Lagi-lagi, sagu dicelup ke dalam bubur ne panas supaya lunak, dan menjadi snack yang mengenyangkan.




Ada lagi jajanan yang kian langka, yaitu kue sagu gula. Cara membuatnya mirip dengan membuat sagu kering dalam cetakan tanah liat yang dibakar di atas bara. Bedanya, sagu dicampur parutan kelapa, lalu di tengahnya diisi gula saparua. Karena dicampur parutan kelapa, hasilnya adalah kue yang setengah kering – tidak keras seperti sagu. Saya suka sekali kue sagu gula ini. Top markotop!



Kue dari sagu yang lain adalah bagea kenari. Teksturnya keras seperti sagu, sehingga harus dilembabkan dulu dengan mencelupkannya ke dalam teh panas atau kopi panas. Tetapi, sekarang sudah banyak penjual kue yang membuat bagea kenari renyah, sehingga dapat langsung dimakan tanpa harus dilembabkan di dalam minuman panas.



Di Ambon juga banyak perantau dari Pulau Buton, Sulawesi Tenggara, yang memopulerkan jenis karbohidrat yang lain, yaitu suami. Entah kenapa makanan yang satu ini disebut suami. Tidak seorang pun dapat menjelaskannnya kepada saya.
Suami adalah karbohidrat substitusi nasi yang dibuat dari singkong parut kemudian dikukus dalam bentuk kerucut, dibungkus dalam daun pisang. Karena kandungan pati yang tinggi, setelah dikukus, parutan singkong ini bertekstur padat, pulen, dan liat. Harus dicubit sedikit demi sedikit agar dapat disuap bersama lauk-pauk pendamping.



Snack populer di Maluku adalah sukun goreng. Ketika kami berkunjung ke Ambon belum lama ini, kami sampai berkali-kali singgah ke Rumah Kopi Joas karena kami semua “kecantol” sukun gorengnya yang istimewa. Lagi-lagi, snack non-beras yang lezat.










Sejarah yang sebagian besar orang Maluku tidak ketahui.


Paruh awal abad ke-17 M, Belanda nyaris menaklukan Inggris di hampir seluruh kepulauan Banda. Kecuali pulau Run, dimana cengkeh dan biji pala tumbuh subur di sana, sedangkan kedua komoditas utama pulau Run ini sangat mahal harganya di Eropa.
Belanda sendiri dikala itu merupakan kekuatan kolonis dunia yang menguasai sebagian besar daratan Amerika, termasuk sebuah wilayah bernama Niew Amsterdam. Karena nilai pulau Run lebih tinggi ketimbang Niew Amsterdam, Belanda membujuk Inggris untuk melakukan pertukaran dan Inggris pun menyetujuinya. Belanda pun melepas Niew Amsterdam(bahasa Indian: Manhattan) dan mendapatkan pulau Run.
Niew Amsterdam merupakan kota terbanyak yang menampung imigran Yahudi dari Eropa. Oleh orang Yahudi, Niew Amsterdam diganti namanya menjadi Mew Jerussalem yang akhirnya berganti nama menjadi kota New York. Sampai saat ini, New York merupakan simbol kedigdayaan perekonomian Yahudi di dunia. Dimana lebih dari setengah perputaran uang dan kebijakan ekonomi dunia bersumber dari kota ini.

Berarti pada saat itu, Pulau Run yang ada di Maluku ini ditukar dengan New York.




Salah satu persepsi yang salah tentang sejarah kita adalah mengenai Maluku. Selama ini kita menganggap bahwa wilayah di bagian timur nusantara ini sebagai wilayah salib, namun justru sebaliknya. Nama 'Maluku' sendiri berasal dari kosakata Arab "Al-Mulk"yang berarti "Tanah Para Raja". Berbagai literatur menyebutkan bahwa orang-orang Arab telah berdagang di Maluku sejak abad ke-9 M. Thomas Arnold dalam Preaching of Islam juga menyatakan jika bangsa Arab telah masuk terlebih dahulu ketimbang bangsa-bangsa non muslim.
Orang-orang 'Al-Mulk' dulunya disebut "Alifuru", sebutan untuk sub-ras Melanesia yang pertama mendiami pulau Seram dan pulau-pulau lainnya di Maluku. Istilah 'Alifuru' berasal dari kata "Alif" dan "Uru". Alif adalah abjad Arab yang pertama, sedangkan Uru berasal dari bahasa Hitu Kuno yang artinya 'datang secara perlahan', jadi Alifuru artinya orang yang pertama datang. Selain itu banyaknya penggunaan kosakata Arab dalam penamaan benda, tempat, peristiwa yang bersifat lokal di Maluku juga mengindikasikan jika sejak dahulu kala orang-orang Arab telah berpengaruh di sana.


KEBENARAN SEJARAH " NUNUSAKU "

Dengan Nunu Saku di maksudkan Pohon Beringin ( Buyan Tres ) . Tetapi Nunu Saku sesuai penjelasan tradisionil lebih menyerupai pohon popythea seperti jenis yang di gambarkan oleh A.R Wallace ( Malay Archipelago 1869.p.64).

" Nunu Saku " terbentuk dari tiga kumpulan akar yang berpijak pada tepi sebuah danau; pohon bertumbuh menutupi danau.

Dari tempat dimana akar akar-akar memusat menjadi satu, keluarlah air yang mengisi danau ( Waele Butui - Air dari alat kelamin laki-laki). Air dalam danau disebut : Nunu Wae Sane = satu satu air suci yang kudus yang hidup dan yang abadi. Dari danai ini air menghilang kedalam bumi dan melalui terowong didalam tanah muncul kembali sebagai mata air pada bagian hulu ketiga batang air, dan melalui ketiga batang air Eti - Tala - Sopalewa di antarnya air turun kemuara.

Pada awalya Kapua Upu ila Kahuresi menciptakan alam semesta ( ASA ) menampilkan Bapak Matahari = Upu Tahola; ibu Bumi : Upu yama ese dan pengawalnya bumi : upu ila kae = Bulan.

Selama pertumbuhan mereka dari masa kanak-kanak hingga dewasa, terjadilah bahwa sang bapa matahari menaruh hati pada ibu bumi dan sebaliknya; maka ketika sinar pertama dari bapa matahari menyentuh ibu bumi, Hamilah ibu bumi sembilan zaman lamanya sesudah genap waktunya lahirlah : " Alif Uru " = Manusia Awal.!

" TEMPAT KELAHIRAN TERSEBUT ADALAH NUNU SAKU " Alif Uru minum dari air dan makan dari daun dan buah yang bertumbuh pada pohon yang suci kudus itu. Berikutnya bertambah banyaklah manusia awal ( wanita pertama keluar dari pohon pisang dan bambu). kemudian mereka diawali oleh empat kepala; tiga diantaranya melambangkan masing-masing : Nafsu, Jiwa, rasa dan ratio di dalam manusia yang saling bertentangan yang satu terhadap yang lain dan sebaliknya.

Ai Ukene (Lisabata)

1. Latu teru ijele hena ponie = Betul di negeri dulu ada tiga raja
2. Si Ambamuwe nunu jela lehui = Semua keluar di baringin besar
3. Ni sama ini waele senu waele = ini air besar semua sama saja
4. Si amanu pakea ni pakeana = Kasih hanyut ini pakaian- pakaian
5. Ama kai latu uhu inai = Nanti saja harus naik jadi raja
6. Sine Nua latu nuhu selane = Dua raja ini punya kuasa sama
7. Nuhu selane nete naru penusi = Kuasanya sama tetapi hatinya tidak betul
8. Si manahu mambuasa = Lain kasih jatuh lain
9 Lembea one Welea = Adu kekuatan di dalam air

Karena faktanya ketiga latu tidak mampu hidup bersama secararukun dan harmonis, maka dengan demikian mereka telah melanggar hukum : " Persekutuan Awal " yang telah ditegakkan oleh moyang moyang mereka sebagai : hukum " Sirih Pinang " ( Sirih, kapur, pinang, tembakau, dan cengkeh ).

Hukum yang telah diatur dalam persekutuan ini ialah : " Kita semua satu dari satu tubuh dengan " Kapua Upu Ila Kahuressi " sebagai kepala dan " totalitas" Maka kepala yang keempat yang melambangkan " Kuasa Roh " dalam manusia memerintahkan ketiga kepala untuk pergi dari lokasi Nunu Saku dan menjelajah bumi, Masing-masing mereka dengan kelompok yang berada di bawah pimpinan mereka. Dijanjikan kepada mereka bahwa Kapitan Besar akanmengatar mereka kembali untuk memperbaharui persekutuan awal; Menegakkan kembali hukum " Sirih Pinang " dan menyatukan mereka kembali ketiga Latu kembali ke gunung Fah ( di Ulate Inai ) untuk memperbaharui persekutuan awal karena Uru telah melupakannya, Maka sejak itu mereka di berikan nama " Hara Fah Uru " atau " Harafuru " yang arinya : URU DARI GUNUNG FAH. ( seperti zaman sekarang jelas masih dalam Peta laut harafuru atau di sebut arafuru atau laut alifuru atau Laut Arafuru ).

1. AI UKENE ( Nomali = Huelehu) = (Pesan) Ama - Ina untuk uru didalam ini ( Bomali- Nuwelehu)
2.Manu Tula potike sapalene = Roh dari langit diraih oleh upu yang datang bertemu dengan kau dialam ini
3. Rutu keku Nunusaku retui = Uru kalau dinunusaku baiknya pakai rutu-rutu
4. Kaha ketu waele teru, waele = Pergilah sampai keatas sampai keair besar - Tiga air besar
5. Sapawela surikamba-lesi = Sapawela yang menyapu bersih pada pandangan pertama seperti uli mengamati dan membela
6. Waele eti moni tihu mitene = Air besar eti bagaikan imam besar yang menegakkan hukum
7.Waele tala tahi sane samane = Air besar tala yang menghasilkan satu tubuh yang kekal dan paling berharga
8. Runa essi patia teru, one walea joo! = Anak uru kuasa terbagi tiga langgar air yoo!
9. Runa essi latua teru = Anak uru kuasa dari Allah tua benar tiga.

Kemudian persekutuan ditegakkan kembali " Sesudah mana kembali mereka turun lewat batang - batang air kini sebagai manusia dari gunung Fah untuk melaksanakan Hukum : Heka - Leka sampai Kapitan Besar Riri Ama ( Bapa Hakim ) mengantar mereka kembali ke Nunu Saku untuk selama-lamanya.

1. Turu lau haha ika kau e yami = itu orang jauh didaratan tinggi seperti kita juga
2. Hale nusa opono lease e yami = kita semua disebelahnya pulau ambon dan lease
3. Uling enye liasa manima = Satu kali potong tali putus ( dan ) gasepa terguling lepas
4. Nasi totol lema urie = Bermain hanyut menyesakkan nafas
5. Biang huta kamu kamu mouputi = Biang kamu kamu (menutup) permukaan dan tubuh. Menjadikan kita putih( agar tidak terlihat oleh orang lain)
6. Riri ama tutu hena sepa o = riri ama tegakan negeri asli o!
7. Riri ama kwae hena sepa o = riri ama cari negeri asli o

Demikian Nunu Saku adalah tempat dari pada awal kemana URU di dalam alam semesta akan di hentar kembali setelah dia memenuhi hukum " Leka " dan dipesankan bahwa hanya URU yang telah dilahirkan Baru " LEKA " - URU yang telah menyatu dengan alam semesta dapat menemui dan melihat NUNUSAKU

Nunu Saku = Unu Nusa Asa Ku = Bagian pulau dimana ku menjadi satu dengan Asa yang tunggal.

" KERANGKA DASAR SIWA-LIMA "

URU LELAKI DAN MATAHARI TERBIT

Supaya lebih dekat pada POLA PEMIKIRAN SIWA LIMA pendekatan ini mengusahaakan mengikuti jejak-jejak para pemburu Pola Dasar Siwa Lima milik mereka sendiri, ditegaskan demikian oleh salah satu dari pada yang memangkunya. Totalitas berasal dan menyeluruh ASA secara fungsionil di divensiasikan serta bertumbuh di dalam diversifikasi menuju sublemasi kembali ke asal, dengan integrasi sebagai suatu konstant.

Kerangka dasar SIWA LIMA sebagaimana dikatakan sebagai Multi Dimensional Spiritual, Mental maupun Pisikal. Pengertian dari pada totalitas Sangatlah berharga sebagai suatu konsep fundamental. Manusia ( Tubuh ) adalah model ( Kerangka Dasar ) untuk totalitas, akana tetapi juga untuk pembidangan diferensiasi dan difersifikasi fungsional yang mengikuti suatu peraturan khusus. Urutan ini tidak hirarki tetapi terikat pada senioritas ( Ketuaan ) dari pada lambag yang diwakili setiap pembidanan/diferensiasi.
Keempat dasar fungsi utama adalah symetrical serta menyatu kembali bersama kedalam totalitas.

Andaikata di bandingkan pendekatan ini di dalam bahasa cinematografi, maka subjek tersebut dipandang terlebih dahulu dari pada sudut lebar. Berikut dari urutan peneropongan “ Close “. Close up ini mengikuti urutan simbolik dari pada senioritas setiap masalah bersangkutan ( seperti akan di ekspose : urutan senioritas ini adalah variabel).

Mitos menempatkan asal dari pada manusia sebagai pola pemikiran di pusat pegunungan di tengah dan bagian barat dari pulau Seram di Maluku Tengah.
Selama berabad abad mereka meluas dan menempatkan dirinya di pulau pulau sekitar : Buano, Kelang, Manipa, Buru, Ambon dan Uliase ( Haruku, Saparua, Nusalaut )dimana mereka masih menetap sampai dengan sekarang ini.

Sesuai sejarah setempat, generasi-generasi yang mengatur migrasi tersebut telah berlangsung sejak 3000 tahun sebelum masehi. Penelitian ini dilaksanakan di lapangan Seram, Ambon, Manipa dan sebagian besar di bawah bimbingan dari Bapak Ir. S.J.M Sijauta yang memperkenalkan peneliti pada tradisi SIWA LIMA dan seluk beluknya. Terima kasih tak terhingga dari saya katanya dan pada penduduk Seram, Ambon, Leitimor, Hitu dan Manipa.

Penelitihan dilangsungkan di bawah asuhan dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia dan Sponsor oleh Universitas Pattimura Ambon dan di dukung leh Leopold III Foundation Oleh Belgian Foundation untuk peneliti antropologi oleh kementrian Belga untuk French Community dan oleh Fric University of Brussels dan bukunya “ URU SON OF THE SUNRISE “ tahun 1983-1984.

Dan sebagai tambahan informasi, sebuar developer pengembangan game Ubisoft merilis sebuah game dengan dasar cerita diambil dari sejarah Nunusaku ini dengan nama Myst - Uru Ages beyond mist.


Dominggus Julius R. Sijaranamual dikenal sebagai seorang pengarang cerita pendek, pengarang novel dan juga sekaligus penulis sajak. Selain itu ia juga banyak memberikan sumbangan pemikiran atau ide-ide tentang materi bacaan anak-anak. Pengarang muda ini lahir di Pulau Sumba, Nusa Tenggara Timur pada tanggal 21April 1944.Ia keturunan dari keluarga besar Syaranamual dari desa Itawaka di Pulau Saparua. Pendidikan yang pernah dilalui Julius adalah sekolah rakyat (SR), SMP bagian A, SMA bagian C dan melanjutkan pada sekolah tinggi Theologia jurusan Christian Education di Jakarta namun tidak selesai.

Pada tahun 1950 pulang ke Ambon dan bekerja pada kantor cabang Kenpen Negara Indonesia Timur sebagai juru warta. Selain kegiatan kantor waktunya juga diupakai juga untuk menulis cerpen atau yang lainnya. Ia terus memupuk bakatnya dengan tiada jenuh menulis. Sajak- sajaknya mulai dimuat di surat kabar dan majalah.Dari Ambon Julius mangawali kariernya sebagai seorang satrawan daerah. Waktu hijrah ke Jakarta ia berkeinginan melanjutukan sekolahnya pada jurusan Christian Education. Kemudian menikah dengan seorang pengarang wanita yaitu nona Theresia S. Jansen.

Dari spesialisasi yang dimiliki Julius sebagai penulis cerita pendek dapat dilihat bahwa ada cirri khasnya yaitu ia memiiki bentuk tersendiri dalam acara penulisannya.Keunikan Julius adalah baqhwa ia selalu sportif dalam menggarap tulisannya. Dalam hal mengungkapkan isi cerita, Julius lebih menekankan akan pesona yang beku dalam suatu pertalian jiwa yang kadang –kadang seru dan samara. Hal inilah yang mampu memukau pembacanya.

Salah satu ciri khasnya lagi ialah bahwa dalam proses penulisan ia tidak pernah menentukan tema, namun tema itu datang dengan sendirinya bersama certa yang didukungnya . Dari cerpen-cerpen yang ditulisnya, Julius dapat dikategorikan sebagai penulis yang menggunakan gaya bahasa sinisme. Julius termasuk seorang seniman yang eksentrik dan selalu gujoro.Sebagai pengasuh majalah anak –anak “Kawanku”, Julius mempunyai ide-ide yang cukup terpuji dan patut dicontoh. Seluruh karya Julius terbit di berbagai organisasi kebudayaan, karena itu ia tercatat sebagai seorang tokoh budaya dan sastrawan yang terkenal.

Clock

ShoutMix


ShoutMix chat widget

Cluster Maps

Followers